Agar Bayi Sehat: Aturan Penting dalam Pemberian Susu Formula
Namun sebelumnya, pastikan ibu memahami berbagai
aturan yang sebaiknya diperhatikan selama memberikan susu formula untuk bayi.
Apa saja jenis susu formula untuk bayi?
Pemberian susu formula (sufor) biasanya dilakukan
dalam keadaan-keadaan tertentu sesuai kondisi medis yang dialami si kecil.
Beberapa kondisi mau tidak mau membuat bayi harus
mendapatkan sufor guna memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.
Anda tidak perlu khawatir, bubuk susu formula untuk
bayi sudah steril sejak masa produksi.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi risiko
kontaminasi bakteri apabila dalam proses persiapan dan pemberiannya tidak
bersih.
Ada banyak jenis sufor untuk bayi dari berbagai
sumber, bentuk, dan juga berbagai merek. Melansir dari laman kind health. beberapa
jenis susu formula untuk bayi yang ada meliputi:
1. Sufor berasal dari susu sapi
Sebagian besar sufor berasal dari susu sapi. Ada
beberapa kandungan di dalam sufor yang dibuat mirip dengan ASI yakni asam lemak
esensial seperti AA dan DHA serta prebiotik dan probiotik.
Kombinasi nutrisi lainnya seperti konsentrat Whey
Protein, laktosa, minyak nabati, karnitin, vitamin, mineral dan laktoferin
serta bakteri baik Triple Bifi juga penting untuk pertumbuhan anak, seperti:
- Kecerdasan
Multitalenta (Brain Care),
- Pertahanan
Tubuh Ganda (Body Defense), dan
- Tumbuh
Kembang Optimal (Body Growth).
2. Sufor dari susu kedelai
Susu formula jenis ini terbuat dari susu kedelai untuk
bayi. Biasanya, bayi membutuhkan sufor jenis ini jika ia mengalami intoleransi
laktosa.
Hal ini bisa dikarenakan infeksi pencernaan, alergi
susu sapi yang berhubungan dengan galaktosemia, dan kekurangan laktase bawaan.
Susu kedelai tidak terdapat kandungan protein whey dan casein
seperti yang ada di dalam susu sapi.
Bahkan, susu kedelai juga bisa diberikan bila bayi
mengalami sembelit karena susu formula.
Menariknya, susu kedelai untuk bayi memiliki kandungan
lemak jenuh yang rendah. Lemak idealnya memang dibutuhkan dalam proses tumbuh
kembang bayi, tetapi dalam takaran dan jenis yang tepat.
Kandungan lemak pada susu kedelai meliputi lemak tak
jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda. Hal ini dikarenakan susu kedelai
berasal dari tumbuhan, bukan dari sumber hewani seperti susu sapi.
Alasan cukup tingginya kadar serat di dalam susu
kedelai untuk bayi yakni karena bersumber dari tumbuhan atau nabati.
3. Sufor bebas laktosa
Susu formula untuk bayi ini tidak mengandung laktosa
(gula yang terkandung dalam susu). Biasanya, sufor diganti dengan jenis gula
lain, seperti sirup jagung.
4. Sufor hipoalergenik
Sufor ini mengandung protein yang sudah dipecah
menjadi bentuk lebih kecil sehingga lebih mudah dicerna untuk bayi.
Umumnya, bayi yang membutuhkan sufor jenis ini adalah
bayi yang memiliki alergi protein susu atau yang mengalami masalah penyerapan
nutrisi (biasanya bayi prematur).
Kapan bayi boleh diberikan susu formula?
Memilih antara menyusui ASI atau memberi susu formula
untuk bayi, termasuk bayi baru lahir, merupakan suatu keputusan besar bagi
orangtua baru.
American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan mengenai pemberian ASI.
Menurut organisasi kesehatan besar dunia tersebut bayi
idealnya mendapatkan ASI selama 6 bulan penuh atau biasa disebut dengan ASI
eklus.
Ini karena kandungan gizi ASI sangat lengkap sehingga
dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi bayi sampai usianya enam bulan.
Sementara kandungan zat gizi di dalam susu formula
dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan kandungan gizi dalam ASI.
Namun, tetap saja susu formula tidak bisa menyamakan
kandungan gizi dan manfaat ASI. Ini karena susu formula tidak mengandung
antibodi seperti yang ada di dalam ASI untuk mencegah infeksi.
Bahkan, dalam proses penyajiannya pun susu formula
lebih rentan oleh kuman dan bakteri.
Itu sebabnya, pemberian susu formula (sufor) harus
diperhatikan dengan baik untuk mencegah bayi terhindar dari penyakit infeksi.
Nah, bayi diperbolehkan minum susu formula ketika
pemberian ASI tidak mungkin dilakukan.
Ambil contohnya saat ASI ibu tidak mencukupi kebutuhan
bayi, produksi ASI berhenti, dan lain sebagainya.
Kondisi medis yang memperbolehkan bayi
minum susu formula
Dokter biasanya juga memperbolehkan bayi minum susu
formula, baik saat baru lahir maupun sudah berusia beberapa bulan, bila
memiliki kondisi medis tertentu.
Berikut berbagai kondisi medis yang mendukung
pemberian susu formula untuk bayi bayi:
1. Mengalami galaktosemia
Ada beberapa bayi yang terlahir dengan
galaktosemia Ini merupakan kondisi metabolik yang membuat tubuh bayi
tidak dapat memproses galaktosa menjadi energi.
Galaktosa adalah komponen gula di dalam ASI maupun
susu formula. Jika tidak segera ditangani, anak bisa mengalami gangguan
perkembangan, katarak, gangguan liver, dan ginjal.
Salah satu solusi untuk menangani kondisi ini pada
bayi adalah dengan pemberian sufor berbahan soya atau kacang kedelai diikuti
dengan pengobatan lainnya.
ASI mengandung laktosa tinggi sehingga bayi harus
disapih atau diberi susu tanpa laktosa. Selanjutnya, anak Anda perlu dilatih
untuk menjalani pola makan (diet) tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.
2. Bayi prematur
Bayi yang prematur membutuhkan lebih banyak kalori,
lemak, serta protein, dibandingkan bayi yang cukup bulan.
Meskipun ASI prematur memiliki ketiga komponen yang
dibutuhkan si kecil, ASI ini belum seoptimal pada ASI matur. Biasanya butuh
waktu sekitar 3-4 minggu untuk mencapai ASI matur.
Oleh karena itu, pemberian susu formula disarankan
pada bayi yang lahir prematur dengan usia kurang dari 32 minggu dan berat
kurang dari 1,5 kilogram (kg).
3. Kondisi lainnya
Ada beberapa kondisi lainnya yang mengharuskan
pemberian sufor pada bayi. Misalnya, bayi yang bergejala dehidrasi dan ASI ibu
yang belum mencukupi kebutuhan bayi.
Bayi dengan kondisi ini ditandai dengan BAB yang
lambat keluar atau masih mekonium (feses pertama), sekalipun bayi sudah berusia
lebih dari 5 hari.
Kondisi lain yang memerlukan pemberian sufor pada bayi
yakni ketika berat badannya turun karena produksi ASI yang lambat.
Penurunan atau peningkatan berat badan yang lambat
biasanya juga bisa dikarenakan bayi susah makan.
Akan tetapi, perlu dipahami bahwa pemberian sufor,
khususnya untuk bayi di atas 6 bulan, hanya sebagai tambahan selain makanan.
Susu formula untuk bayi di atas usia 6 bulan bukan
berguna untuk menambah berat badan. Asupan makanan padat bayi yang berperan
besar sebagai penambah berat badan.
Dengan kata lain, susu tidak bisa menggantikan makanan
padat atau MPASI bayi untuk menambah berat badan.
Ibu yang terpisah dari bayi maupun bayi yang memiliki
kelainan kongenital (seperti bibir sumbing) juga bisa menjadi alasan pemberian
sufor bayi.
Aturan memberikan susu formula untuk bayi
Sebelum memberikan susu formula bayi, Anda sebaiknya
memerhatikan waktu pemberian sufor, kebersihan botol, cara menyimpan sufor, dan
lain sebagainya.
Agar lebih jelas, berikut berbagai aturan yang perlu
diperhatikan dalam memberikan susu formula untuk bayi baru lahir:
1. Jumlah dan frekuensi pemberian susu
formula
Hal pertama yang harus diperhatikan yakni frekuensi
dan jumlah pemberian susu formula bayi.
Karena susu formula kurang dapat dicerna bayi daripada
ASI, biasanya si kecil hanya perlu diberi susu beberapa kali sehingga tidak
sesering bila ia menyusu ASI.
Berikut aturan jumlah dan frekuensi pemberian susu
bayi:
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi baru lahir
Si kecil baru lahir dapat menerima susu formula secara
bertahap karena ukuran lambungnya sangat kecil yang kemudian akan berkembang.
Ada beberapa yang perlu ibu perhatikan mengenai jumlah
dan frekuensi memberikan susu formula untuk bayi, termasuk bayi baru lahir.
Berdasarkan kids health, bayi baru lahir dapat
menghabiskan sufor sebanyak 45-90 mililiter (ml).
Dalam sehari, ia mungkin bisa menyusu tiap 3-4 jam
sekali selama beberapa minggu pertamanya.
Jika si kecil tidur lebih dari 4-5 jam dan melewatkan
jam minum susunya, bangunkan ia dari tidurnya dan tawarkan susu.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menyarankan
Anda untuk membangunkan si kecil saat masih terlelap tidur setelah 4 jam belum
menyusu.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 1 bulan
Pada akhir usia satu bulan, bayi mungkin akan
menghabiskan susu kurang lebih sebanyak 90-120 ml setiap kali menyusu.
Di usia satu bulan ini frekuensi minum sufor bayi
mungkin bisa diprediksi sekitar 4 jam sekali.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 1 bulan
Pada usia enam bulan, bayi dapat minum sekitar 180-230
ml sufor setiap 4-5 jam sekali karena kapasitas lambung mereka sudah lebih
besar.
Jumlah susu formula tersebut juga tergantung apakah si
kecil sudah mulai makan makanan padat atau belum.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 2 bulan
Biasanya si kecil sudah bisa menghabiskan susu formula
sebanyak 120-150 ml setiap kali menyusu.
Ukuran lambung bayi sudah lebih besar dibandingkan
ketika ia baru lahir. Bayi mungkin akan menyusu setiap 3-4 jam.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 4 bulan
Bayi sudah bisa menghabiskan 120-180 ml setiap menyusu
tergantung dari frekuensi menyusunya (setiap berapa jam ia butuh minum) dan
ukuran tubuhnya.
Bayi yang memiliki tubuh lebih besar mampu
menghabiskan sufor lebih banyak di usia 4 bulan ini.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 6 bulan
Bayi di usia 6 bulan ini dapat menyusu sekitar 180-230
ml setiap 4-5 jam.
Tetap perhatikan kebutuhan bayi
Namun, sebaiknya Anda tidak terpaku dengan batasan
tersebut karena kebutuhan bayi berbeda-beda.
Pada umumnya, bayi membutuhkan 90-120 ml sufor setiap
pemberian selama bulan pertama.
Jumlah tersebut selanjutnya meningkat sebesar 30 ml
per bulan sampai mencapai 210-240 ml setiap kali bayi minum susu.
Akan tetapi, sebenarnya bayi dapat mengatur asupannya
dari hari ke hari untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi, biarlah ia memberi tahu
Anda apakah asupan susunya sudah cukup atau belum.
Jika ia mudah terganggu selama menyusu, mungkin bayi
sudah kenyang. Namun, jika ia masih memegang botolnya walaupun susunya sudah
habis, mungkin ia masih lapar dan ingin menyusu lagi.
Kuncinya adalah dengan memberikan sufor untuk bayi
baru lahir setiap kali ia minta atau menangis karena ia lapar. Hal ini sama
seperti ketika ibu memberikan ASI.
Seiring berjalannya waktu, bayi dapat menerapkan jadwal
MPASI yang teratur, baik untuk makan makanan padat maupun minum susu.
Dengan begitu, Anda akan lebih mudah mengetahui kapan
saatnya si kecil lapar dan harus diberi susu maupun Menu MPASI lainnya.
Namun, Anda sebagai ibu harus pintar-pintar membatasi
susu untuk si kecil jika asupannya sudah sangat berlebih (biasanya lebih dari
960 ml/hari).
Jika bayi Anda sepertinya terlalu sering atau terlalu
banyak menyusu, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya dengan bermain atau
melakukan hal lainnya.
Meski susu formula kerap digunakan sebagai upaya
penambah berat badan bayi, hal ini sebenarnya kurang tepat. Lagi-lagi, hanya
makanan padat yang bisa membantu berat badan bayi.
Namun dalam beberapa kasus, bayi bisa mengalami
masalah gizi seperti kelebihan berat badan atau gemuk karena susu formula.
Itulah mengapa sangat penting untuk mengerti kebutuhan bayi Anda.
2. Selalu jaga kebersihan botol bayi
Hal lain yang harus sangat diperhatikan bayi dengan
sufor adalah kebersihan botolnya. Salah satu hal mengapa ASI lebih baik bagi
bayi adalah karena ASI lebih steril daripada sufor.
Peluang sufor untuk terpapar dengan kuman dan bakteri
lebih besar sehingga menjadi kurang steril bagi bayi.
Anda harus membersihkan botol susu dengan benar
sebelum memberikannya kepada bayi. Bukan hanya botolnya, tetapi juga selalu
menjaga kebersihan tutup botol dan dotnya.
Anda bisa membersihkannya dengan air hangat dan sabun
setiap setelah dan sebelum botol tersebut dipakai.
Gunakan sikat khusus botol agar Anda dapat menjangkau
seluruh bagian botol saat membersihkannya.
3. Pilih botol khusus untuk memberikan
susu formula bayi
Jangan sembarangan memilih botol susu yang akan
digunakan untuk menampung susu formula bagi bayi baru lahir.
Sebaiknya pilih botol yang berlabel BPA-free dan yang
terbuat dari plastik polietilen dan polipropilen yang aman untuk bayi.
4. Perhatikan cara membuat susu
Sebelum membuat susu untuk anak, sebaiknya cuci tangan
Anda dengan sabun. Setelah itu, ikuti petunjuk cara menyajikan susu yang
tertera dalam kemasan.
Sebaiknya ikuti berapa sendok bubuk susu yang harus
Anda campurkan dengan air. Susu formula yang terlalu encer atau terlalu kental
tidak dianjurkan untuk bayi.
Selain itu, gunakan air yang bersih dan aman untuk
membuat susu.
5. Perhatikan penyimpanan sufor bayi
Simpan susu formula bayi Anda di lemari es untuk
mencegah bakteri tumbuh. Jika ditemukan tanda sufor basi, sebaiknya tidak
diberikan lagi pada bayi dan dibuang saja.
Ini karena dampak susu basi untuk kesehatan bayi bisa
membahayakan. Bila sufor tidak langsung diminum oleh bayi, segera dinginkan
kemudian letakkan pada wadah yang tertutup rapat.
Selanjutnya, simpan wadah tersebut di dalam lemari
pendingin (kulkas) dengan suhu kurang dari 5 derajat celcius. Namun yang
terpenting, segera berikan sufor tersebut kepada bayi kurang dari 24 jam.
Sementara bila susu bayi berada di suhu kamar, susu
formula ini hanya mampu bertahan selama kurang lebih satu jam.
Jika sudah dibiarkan selama lebih dari satu jam,
sebaiknya jangan diberikan lagi pada bayi Anda. Selain itu, jika bayi Anda
menyisakan sebagian sufor atau tidak menghabiskannya, sebaiknya buang saja
sisanya.
Ini karena ada kemungkinan bakteri sudah
mengontaminasi sufor tersebut dan mungkin saja membuat anak Anda sakit.
6. Perhatikan juga saat membeli susu
Saat membeli susu, sebaiknya perhatikan tanggal
kedaluwarsa.
Jangan sampai Anda membeli susu yang sudah lewat
tanggal kedaluwarsa atau yang beberapa bulan lagi sudah kedaluwarsa.
Selain itu, juga perhatikan keutuhan kemasannya,
pilihlah kemasan yang masih bagus dan tidak rusak. Setelah membelinya, jangan
lupa perhatikan cara penyimpanan susu formula tersebut.
Sebaiknya simpan pada tempat yang sejuk. Tempat
penyimpanan yang panas atau dingin dapat membuat nutrisi dalam susu menjadi
berkurang.
Jangan lupa juga untuk selalu menutup kemasan susu
dengan rapat setelah membukanya.
Jika kemasan susu terlalu lama terbuka, udara bisa
masuk sehingga membuat susu menggumpal dan merusaknya.
Apa jenis susu formula yang cocok untuk
bayi?
Banyaknya merek sufor di pasaran mungkin membuat Anda
bingung mana yang cocok untuk bayi. Konsultasikan dengan dokter tentang merek
susu mana yang paling sesuai dengan kebutuhan si kecil.
Jika si kecil tidak mempunyai alergi atau tidak
mempunyai masalah dalam mencerna susu, Anda dapat memberikan sufor yang terbuat
dari susu sapi.
Namun, bila si kecil mempunyai intoleransi laktosa
atau alergi terhadap protein susu, Anda lebih disarankan untuk memberikan susu
jenis tertentu.
Berbagai susu yang direkomendasikan misalnya susu yang
bebas laktosa, berasal dari kedelai, atau susu hipoalergenik.
Ada juga susu almond yang dapat diberikan untuk bayi
setelah usianya di atas 12 bulan atau 1 tahun.
Susu almond bisa menjadi nutrisi yang aman untuk
dikonsumsi balita, tetapi tetap saja tidak ada yang bisa menandingi nutrisi
yang ada di dalam sufor, apalagi nutrisi pada ASI.
Ini berarti Anda tidak bisa menggunakan susu almond
untuk bayi sebagai pengganti ASI dan sufor.
Sebelum memberikan sufor kebayi, ada baiknya
mendapatkan saran dari dokter anak.
Anda sebaiknya mengikuti anjuran yang diberikan dokter
anak terkait aturan pemberian susu formula guna mendukung tumbuh kembangnya
agar lebih optimal.
Jangan lupa untuk tetap memberikan bayi makanan padat
disamping sufor supaya kebutuhan gizi hariannya terpenuhi.
Ada beragam zat gizi yang harus terpenuhi, salah
satunya vitamin
untuk bayi yang bisa bersumber dari asupan sayuran dan buah bayi.
Bagaimana bila bayi menolak susu formula
dalam botol?
Pemberian sufor kepada bayi melalui botol tidak selalu
berjalan mulus. Kadang kala, bayi bisa menolak susu botol karena beberapa
penyebab seperti:
- Bayi
gumoh
- Bayi
mengalami sembelit
- Bayi
memiliki alergi protein di dalam sufor sapi
Jika bayi menolak susu botol, berikut cara mengatasi
yang bisa Anda terapkan:
- Gunakan
dot yang nyaman bagi bayi
- Ciptakan
suasana menyusu yang nyaman
- Berikan
bayi sufor di dalam botol pada saat yang tepat, yakni saat tidak terlalu
lapar maupun kenyang
- Temukan
posisi menyusu yang nyaman bagi bayi
Memahami jenis sufor yang tepat untuk bayi sama
pentingnya dengan menerapkan cara pemberian yang baik agar si kecil nyaman
selama menyusu.
Pemberian ASI eklusif sejak baru lahir sangat
disarankan karena merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Sayangnya, tidak
semua ibu menyusui dapat memberikan ASI-nya dengan lancar karena masalah
tertentu. Alternatifnya, susu formula bisa diberikan untuk bayi dalam kondisi ini.
Namun sebelumnya, pastikan ibu memahami berbagai
aturan yang sebaiknya diperhatikan selama memberikan susu formula untuk bayi.
Apa saja jenis susu formula untuk bayi?
Pemberian susu formula (sufor) biasanya dilakukan
dalam keadaan-keadaan tertentu sesuai kondisi medis yang dialami si kecil.
Beberapa kondisi mau tidak mau membuat bayi harus
mendapatkan sufor guna memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.
Anda tidak perlu khawatir, bubuk susu formula untuk
bayi sudah steril sejak masa produksi.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi risiko
kontaminasi bakteri apabila dalam proses persiapan dan pemberiannya tidak
bersih.
Ada banyak jenis sufor untuk bayi dari berbagai
sumber, bentuk, dan juga berbagai merek. Melansir dari lamanKids Health,
beberapa jenis susu formula untuk bayi yang ada meliputi:
1. Sufor berasal dari susu sapi
Sebagian besar sufor berasal dari susu sapi. Ada
beberapa kandungan di dalam sufor yang dibuat mirip dengan ASI yakni asam lemak
esensial seperti AA dan DHA serta prebiotik dan probiotik.
Kombinasi nutrisi lainnya seperti konsentrat Whey
Protein, laktosa, minyak nabati, karnitin, vitamin, mineral dan laktoferin
serta bakteri baik Triple Bifi juga penting untuk pertumbuhan anak, seperti:
- Kecerdasan
Multitalenta (Brain Care),
- Pertahanan
Tubuh Ganda (Body Defense), dan
- Tumbuh
Kembang Optimal (Body Growth).
2. Sufor dari susu kedelai
Susu formula jenis ini terbuat dari susu kedelai untuk
bayi. Biasanya, bayi membutuhkan sufor jenis ini jika ia mengalami intoleransi
laktosa.
Hal ini bisa dikarenakan infeksi pencernaan, alergi
susu sapi yang berhubungan dengan galaktosemia, dan kekurangan laktase bawaan.
Susu kedelai tidak terdapat kandungan protein whey dan casein
seperti yang ada di dalam susu sapi.
Bahkan, susu kedelai juga bisa diberikan bila bayi
mengalami sembelit karena susu formula.
Menariknya, susu kedelai untuk bayi memiliki kandungan
lemak jenuh yang rendah. Lemak idealnya memang dibutuhkan dalam proses tumbuh
kembang bayi, tetapi dalam takaran dan jenis yang tepat.
Kandungan lemak pada susu kedelai meliputi lemak tak
jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda. Hal ini dikarenakan susu kedelai
berasal dari tumbuhan, bukan dari sumber hewani seperti susu sapi.
Alasan cukup tingginya kadar serat di dalam susu
kedelai untuk bayi yakni karena bersumber dari tumbuhan atau nabati.
3. Sufor bebas laktosa
Susu formula untuk bayi ini tidak mengandung laktosa
(gula yang terkandung dalam susu). Biasanya, sufor diganti dengan jenis gula
lain, seperti sirup jagung.
4. Sufor hipoalergenik
Sufor ini mengandung protein yang sudah dipecah
menjadi bentuk lebih kecil sehingga lebih mudah dicerna untuk bayi.
Umumnya, bayi yang membutuhkan sufor jenis ini adalah
bayi yang memiliki alergi protein susu atau yang mengalami masalah penyerapan
nutrisi (biasanya bayi prematur).
Kapan bayi boleh diberikan susu formula?
Memilih antara menyusui ASI atau memberi susu formula
untuk bayi, termasuk bayi baru lahir, merupakan suatu keputusan besar bagi
orangtua baru.
American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan mengenai pemberian ASI.
Menurut organisasi kesehatan besar dunia tersebut bayi
idealnya mendapatkan ASI selama 6 bulan penuh atau biasa disebut dengan ASI
eksklusif.
Ini karena kandungan gizi ASI sangat lengkap sehingga
dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi bayi sampai usianya enam bulan.
Sementara kandungan zat gizi di dalam susu formula
dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan kandungan gizi dalam ASI.
Namun, tetap saja susu formula tidak bisa menyamakan
kandungan gizi dan manfaat ASI. Ini karena susu formula tidak mengandung
antibodi seperti yang ada di dalam ASI untuk mencegah infeksi.
Bahkan, dalam proses penyajiannya pun susu formula
lebih rentan oleh kuman dan bakteri.
Itu sebabnya, pemberian susu formula (sufor) harus
diperhatikan dengan baik untuk mencegah bayi terhindar dari penyakit infeksi.
Nah, bayi diperbolehkan minum susu formula ketika
pemberian ASI tidak mungkin dilakukan.
Ambil contohnya saat ASI ibu tidak mencukupi kebutuhan
bayi, produksi ASI berhenti, dan lain sebagainya.
Kondisi medis yang memperbolehkan bayi
minum susu formula
Dokter biasanya juga memperbolehkan bayi minum susu
formula, baik saat baru lahir maupun sudah berusia beberapa bulan, bila
memiliki kondisi medis tertentu.
Berikut berbagai kondisi medis yang mendukung
pemberian susu formula untuk bayi bayi:
1. Mengalami galaktosemia
Ada beberapa bayi yang terlahir dengan
galaktosemia Ini merupakan kondisi metabolik yang membuat tubuh bayi
tidak dapat memproses galaktosa menjadi energi.
Galaktosa adalah komponen gula di dalam ASI maupun
susu formula. Jika tidak segera ditangani, anak bisa mengalami gangguan
perkembangan, katarak, gangguan liver, dan ginjal.
Salah satu solusi untuk menangani kondisi ini pada
bayi adalah dengan pemberian sufor berbahan soya atau kacang kedelai diikuti
dengan pengobatan lainnya.
ASI mengandung laktosa tinggi sehingga bayi harus
disapih atau diberi susu tanpa laktosa. Selanjutnya, anak Anda perlu dilatih
untuk menjalani pola makan (diet) tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.
2. Bayi prematur
Bayi yang prematur membutuhkan lebih banyak kalori,
lemak, serta protein, dibandingkan bayi yang cukup bulan.
Meskipun ASI prematur memiliki ketiga komponen yang
dibutuhkan si kecil, ASI ini belum seoptimal pada ASI matur. Biasanya butuh
waktu sekitar 3-4 minggu untuk mencapai ASI matur.
Oleh karena itu, pemberian susu formula disarankan
pada bayi yang lahir prematur dengan usia kurang dari 32 minggu dan berat
kurang dari 1,5 kilogram (kg).
3. Kondisi lainnya
Ada beberapa kondisi lainnya yang mengharuskan
pemberian sufor pada bayi. Misalnya, bayi yang bergejala dehidrasi dan ASI ibu
yang belum mencukupi kebutuhan bayi.
Bayi dengan kondisi ini ditandai dengan BAB yang
lambat keluar atau masih mekonium (feses pertama), sekalipun bayi sudah berusia
lebih dari 5 hari.
Kondisi lain yang memerlukan pemberian sufor pada bayi
yakni ketika berat badannya turun karena produksi ASI yang lambat.
Penurunan atau peningkatan berat badan yang lambat
biasanya juga bisa dikarenakanbayi susah makan.
Akan tetapi, perlu dipahami bahwa pemberian sufor,
khususnya untuk bayi di atas 6 bulan, hanya sebagai tambahan selain makanan.
Susu formula untuk bayi di atas usia 6 bulan bukan
berguna untuk menambah berat badan. Asupan makanan padat bayi yang berperan
besar sebagai penambah berat badan.
Dengan kata lain, susu tidak bisa menggantikan makanan
padat atau MPASI bayi untuk menambah berat badan.
Ibu yang terpisah dari bayi maupun bayi yang memiliki
kelainan kongenital (seperti bibir sumbing) juga bisa menjadi alasan pemberian
sufor bayi.
Aturan memberikan susu formula untuk bayi
Sebelum memberikan susu formula bayi, Anda sebaiknya
memerhatikan waktu pemberian sufor, kebersihan botol, cara menyimpan sufor, dan
lain sebagainya.
Agar lebih jelas, berikut berbagai aturan yang perlu
diperhatikan dalam memberikan susu formula untuk bayi baru lahir:
1. Jumlah dan frekuensi pemberian susu
formula
Hal pertama yang harus diperhatikan yakni frekuensi
dan jumlah pemberian susu formula bayi.
Karena susu formula kurang dapat dicerna bayi daripada
ASI, biasanya si kecil hanya perlu diberi susu beberapa kali sehingga tidak
sesering bila ia menyusu ASI.
Berikut aturan jumlah dan frekuensi pemberian susu
bayi:
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi baru lahir
Si kecil baru lahir dapat menerima susu formula secara
bertahap karena ukuran lambungnya sangat kecil yang kemudian akan berkembang.
Ada beberapa yang perlu ibu perhatikan mengenai jumlah
dan frekuensi memberikan susu formula untuk bayi, termasuk bayi baru lahir.
Berdasarkan kidz Health, bayi baru lahir dapat
menghabiskan sufor sebanyak 45-90 mililiter (ml).
Dalam sehari, ia mungkin bisa menyusu tiap 3-4 jam
sekali selama beberapa minggu pertamanya.
Jika si kecil tidur lebih dari 4-5 jam dan melewatkan
jam minum susunya, bangunkan ia dari tidurnya dan tawarkan susu.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menyarankan
Anda untuk membangunkan si kecil saat masih terlelap tidur setelah 4 jam belum
menyusu.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 1 bulan
Pada akhir usia satu bulan, bayi mungkin akan
menghabiskan susu kurang lebih sebanyak 90-120 ml setiap kali menyusu.
Di usia satu bulan ini frekuensi minum sufor bayi
mungkin bisa diprediksi sekitar 4 jam sekali.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 1 bulan
Pada usia enam bulan, bayi dapat minum sekitar 180-230
ml sufor setiap 4-5 jam sekali karena kapasitas lambung mereka sudah lebih
besar.
Jumlah susu formula tersebut juga tergantung apakah si
kecil sudah mulai makan makanan padat atau belum.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 2 bulan
Biasanya si kecil sudah bisa menghabiskan susu formula
sebanyak 120-150 ml setiap kali menyusu.
Ukuran lambung bayi sudah lebih besar dibandingkan
ketika ia baru lahir. Bayi mungkin akan menyusu setiap 3-4 jam.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 4 bulan
Bayi sudah bisa menghabiskan 120-180 ml setiap menyusu
tergantung dari frekuensi menyusunya (setiap berapa jam ia butuh minum) dan
ukuran tubuhnya.
Bayi yang memiliki tubuh lebih besar mampu
menghabiskan sufor lebih banyak di usia 4 bulan ini.
Jumlah dan frekuensi pemberian susu untuk
bayi usia 6 bulan
Bayi di usia 6 bulan ini dapat menyusu sekitar 180-230
ml setiap 4-5 jam.
Tetap perhatikan kebutuhan bayi
Namun, sebaiknya Anda tidak terpaku dengan batasan
tersebut karena kebutuhan bayi berbeda-beda.
Pada umumnya, bayi membutuhkan 90-120 ml sufor setiap
pemberian selama bulan pertama.
Jumlah tersebut selanjutnya meningkat sebesar 30 ml
per bulan sampai mencapai 210-240 ml setiap kali bayi minum susu.
Akan tetapi, sebenarnya bayi dapat mengatur asupannya
dari hari ke hari untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi, biarlah ia memberi tahu
Anda apakah asupan susunya sudah cukup atau belum.
Jika ia mudah terganggu selama menyusu, mungkin bayi
sudah kenyang. Namun, jika ia masih memegang botolnya walaupun susunya sudah
habis, mungkin ia masih lapar dan ingin menyusu lagi.
Kuncinya adalah dengan memberikan sufor untuk bayi
baru lahir setiap kali ia minta atau menangis karena ia lapar. Hal ini sama
seperti ketika ibu memberikan ASI.
Seiring berjalannya waktu, bayi dapat menerapkan jdwal
MPASI yang teratur, baik untuk makan makanan padat maupun minum susu.
Dengan begitu, Anda akan lebih mudah mengetahui kapan
saatnya si kecil lapar dan harus diberi susu maupun menu MPASI lainnya.
Namun, Anda sebagai ibu harus pintar-pintar membatasi
susu untuk si kecil jika asupannya sudah sangat berlebih (biasanya lebih dari
960 ml/hari).
Jika bayi Anda sepertinya terlalu sering atau terlalu
banyak menyusu, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya dengan bermain atau
melakukan hal lainnya.
Meski susu formula kerap digunakan sebagai upaya
penambah berat badan bayi, hal ini sebenarnya kurang tepat. Lagi-lagi, hanya
makanan padat yang bisa membantu berat badan bayi.
Namun dalam beberapa kasus, bayi bisa mengalami
masalah gizi seperti kelebihan berat badan atau gemuk karena susu formula.
Itulah mengapa sangat penting untuk mengerti kebutuhan bayi Anda.
2. Selalu jaga kebersihan botol bayi
Hal lain yang harus sangat diperhatikan bayi dengan
sufor adalah kebersihan botolnya. Salah satu hal mengapa ASI lebih baik bagi
bayi adalah karena ASI lebih steril daripada sufor.
Peluang sufor untuk terpapar dengan kuman dan bakteri
lebih besar sehingga menjadi kurang steril bagi bayi.
Anda harus membersihkan botol susu dengan benar
sebelum memberikannya kepada bayi. Bukan hanya botolnya, tetapi juga selalu
menjaga kebersihan tutup botol dan dotnya.
Anda bisa membersihkannya dengan air hangat dan sabun
setiap setelah dan sebelum botol tersebut dipakai.
Gunakan sikat khusus botol agar Anda dapat menjangkau
seluruh bagian botol saat membersihkannya.
3. Pilih botol khusus untuk memberikan
susu formula bayi
Jangan sembarangan memilih botol susu yang akan
digunakan untuk menampung susu formula bagi bayi baru lahir.
Sebaiknya pilih botol yang berlabel BPA-free dan yang
terbuat dari plastik polietilen dan polipropilen yang aman untuk bayi.
4. Perhatikan cara membuat susu
Sebelum membuat susu untuk anak, sebaiknya cuci tangan
Anda dengan sabun. Setelah itu, ikuti petunjuk cara menyajikan susu yang
tertera dalam kemasan.
Sebaiknya ikuti berapa sendok bubuk susu yang harus
Anda campurkan dengan air. Susu formula yang terlalu encer atau terlalu kental
tidak dianjurkan untuk bayi.
Selain itu, gunakan air yang bersih dan aman untuk
membuat susu.
5. Perhatikan penyimpanan sufor bayi
Simpan susu formula bayi Anda di lemari es untuk
mencegah bakteri tumbuh. Jika ditemukan tanda sufor basi, sebaiknya tidak
diberikan lagi pada bayi dan dibuang saja.
Ini karena dampak susu basi untuk kesehatan bayi bisa
membahayakan. Bila sufor tidak langsung diminum oleh bayi, segera dinginkan
kemudian letakkan pada wadah yang tertutup rapat.
Selanjutnya, simpan wadah tersebut di dalam lemari
pendingin (kulkas) dengan suhu kurang dari 5 derajat celcius. Namun yang
terpenting, segera berikan sufor tersebut kepada bayi kurang dari 24 jam.
Sementara bila susu bayi berada di suhu kamar, susu
formula ini hanya mampu bertahan selama kurang lebih satu jam.
Jika sudah dibiarkan selama lebih dari satu jam,
sebaiknya jangan diberikan lagi pada bayi Anda. Selain itu, jika bayi Anda
menyisakan sebagian sufor atau tidak menghabiskannya, sebaiknya buang saja
sisanya.
Ini karena ada kemungkinan bakteri sudah
mengontaminasi sufor tersebut dan mungkin saja membuat anak Anda sakit.
6. Perhatikan juga saat membeli susu
Saat membeli susu, sebaiknya perhatikan tanggal
kedaluwarsa.
Jangan sampai Anda membeli susu yang sudah lewat
tanggal kedaluwarsa atau yang beberapa bulan lagi sudah kedaluwarsa.
Selain itu, juga perhatikan keutuhan kemasannya,
pilihlah kemasan yang masih bagus dan tidak rusak. Setelah membelinya, jangan
lupa perhatikan cara penyimpanan susu formula tersebut.
Sebaiknya simpan pada tempat yang sejuk. Tempat
penyimpanan yang panas atau dingin dapat membuat nutrisi dalam susu menjadi
berkurang.
Jangan lupa juga untuk selalu menutup kemasan susu
dengan rapat setelah membukanya.
Jika kemasan susu terlalu lama terbuka, udara bisa
masuk sehingga membuat susu menggumpal dan merusaknya.
Apa jenis susu formula yang cocok untuk
bayi?
Banyaknya merek sufor di pasaran mungkin membuat Anda
bingung mana yang cocok untuk bayi. Konsultasikan dengan dokter tentang merek
susu mana yang paling sesuai dengan kebutuhan si kecil.
Jika si kecil tidak mempunyai alergi atau tidak
mempunyai masalah dalam mencerna susu, Anda dapat memberikan sufor yang terbuat
dari susu sapi.
Namun, bila si kecil mempunyai intoleransi laktosa
atau alergi terhadap protein susu, Anda lebih disarankan untuk memberikan susu
jenis tertentu.
Berbagai susu yang direkomendasikan misalnya susu yang
bebas laktosa, berasal dari kedelai, atau susu hipoalergenik.
Ada juga susu almond yang dapat diberikan untuk bayi
setelah usianya di atas 12 bulan atau 1 tahun.
Susu almond bisa menjadi nutrisi yang aman untuk
dikonsumsi balita, tetapi tetap saja tidak ada yang bisa menandingi nutrisi
yang ada di dalam sufor, apalagi nutrisi pada ASI.
Ini berarti Anda tidak bisa menggunakan susu almond
untuk bayi sebagai pengganti ASI dan sufor.
Sebelum memberikan sufor kebayi, ada baiknya
mendapatkan saran dari dokter anak.
Anda sebaiknya mengikuti anjuran yang diberikan dokter
anak terkait aturan pemberian susu formula guna mendukung tumbuh kembangnya
agar lebih optimal.
Jangan lupa untuk tetap memberikan bayi makanan padat
disamping sufor supaya kebutuhan gizi hariannya terpenuhi.
Ada beragam zat gizi yang harus terpenuhi, salah
satunya vitamin untuk bayi yang bisa bersumber dari asupan sayuran dan buah
bayi.
Bagaimana bila bayi menolak susu formula
dalam botol?
Pemberian sufor kepada bayi melalui botol tidak selalu
berjalan mulus. Kadang kala, bayi bisa menolak susu botol karena beberapa
penyebab seperti:
- Bayi
gumoh
- Bayi
mengalami sembelit
- Bayi
memiliki alergi protein di dalam sufor sapi
Jika bayi menolak susu botol, berikut cara mengatasi
yang bisa Anda terapkan:
- Gunakan
dot yang nyaman bagi bayi
- Ciptakan
suasana menyusu yang nyaman
- Berikan
bayi sufor di dalam botol pada saat yang tepat, yakni saat tidak terlalu
lapar maupun kenyang
- Temukan
posisi menyusu yang nyaman bagi bayi
Memahami jenis sufor yang tepat untuk bayi sama
pentingnya dengan menerapkan cara pemberian yang baik agar si kecil nyaman
selama menyusu.